Adopsi Strategi Layanan Kesehatan, Dinkes Kutim Kunjungi Puskesmas Sikolos

waktu baca 2 menit
Kamis, 7 Nov 2024 18:48 0 20 Redaksi Kutim

PADANG PANJANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) yang dipimpin oleh Kepala Dinkes dr Bahrani Hasanal, melakukan kunjungan kerja ke UPTD Puskesmas Kebun Sikolos di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, pada Jumat (7/11/2024). Kunjungan ini bertujuan untuk mengadopsi strategi layanan kesehatan yang telah diterapkan dengan baik di Puskesmas Sikolos. “Harapannya, kami bisa mengamati, meniru, dan memodifikasi apa yang sudah diterapkan di Kota Padang Panjang. Ini yang nantinya akan kami coba terapkan di Kutai Timur,” ujar Bahrani.

Dengan luas wilayah Kutai Timur yang lebih besar dari Jawa Barat dan Banten, distribusi layanan kesehatan menjadi tantangan yang signifikan. “Kabupaten Kutai Timur memiliki 21 puskesmas, namun untuk mencapai satu puskesmas saja, bisa memakan waktu berjam-jam. Karena itu, kami berharap dapat memperluas jaringan pelayanan kesehatan di masa mendatang. Saat ini, peningkatan pelaporan sudah cukup baik dengan adanya program DPPM (District Public Private Mix),” tambahnya.

Selain itu, Bahrani memaparkan bahwa Kutim telah menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) di empat puskesmas dan satu rumah sakit. TCM ini efektif untuk deteksi cepat penyakit, termasuk TB, yang menjadi salah satu fokus layanan kesehatan di daerah. “Saat ini, kami memiliki TCM di empat puskesmas dan satu rumah sakit. Ke depannya, kami berencana meningkatkan pelayanan dengan teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction) dan rontgen (X-Ray) untuk mendeteksi penyakit dengan lebih detail dan tepat,” jelasnya.

Bahrani juga menyebutkan empat kebijakan Kementerian Kesehatan yang menjadi acuan untuk eliminasi TB. Pertama, memperluas jejaring fasilitas kesehatan dan partisipasi dalam pencatatan dan pelaporan data. Program DPPM yang diimplementasikan di Kutim menjadi salah satu bentuk kolaborasi dengan pihak swasta. Kedua, memperkuat surveilans berbasis laboratorium dengan penyediaan TCM untuk mempercepat deteksi kasus TB di daerah terpencil.

Kebijakan ketiga adalah melibatkan penyintas TB dalam edukasi kepada pasien baru agar lebih patuh menjalani pengobatan. “Pentingnya edukasi ini adalah bagian dari pendekatan berkelanjutan dan berbasis komunitas,” kata Bahrani. Kebijakan keempat, mendorong pengembangan vaksin TB yang lebih efektif.

“Intinya, strategi ini akan terus dikembangkan, dan kami akan berusaha mengadopsi berbagai metode yang berhasil diterapkan di daerah lain untuk diterapkan di Kutai Timur,” tutup Bahrani.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA