Samarinda– Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda, Subandi menilai bahwa kesiapan pertanian Samarinda sebagai kota penyangga menghadapi perpindahan Ibukota Negara dengan kondisi pasokan pangan Samarinda masih melakukan import dari daerah lain dan kondisi kalangan muda dengan minat pada sektor pertanian yang sangat sedikit.
Subandi menyebutkan bahwa Swasembada pangan dan teknologi pertanian merupakan hal yang perlu diperhatikan“Ini dilema memang, saya justru mengritik ini dari pusat karena anggaran dari kementerian pertanian terlalu sedikit untuk swasembada pangan dan peningkatan teknologi pertanian” Ujarnya beberapa waktu lalu.
Kurangnya minat generasi muda dengan sektor pertanian karena jika ingin mewujudkan swasembada pangan maka keterlibatan anak muda menjadi penting . Yang dimana, sebenarnya masih sangat banyak potensi-potensi yang bisa menjadi kesempatan bagi petani milenial.
Subandi juga menambahkan bahwa penerapan dan ketersediaan teknologi pertanian masih sangat minim dibandingkan dengan negara tetangga yang memiliki kondisi pertanian yang maju.
“Kita coba belajar dengan negara tetangga yang pertaniannya maju, di sana ada seorang petani yang mampu menggarap 20 hektar karena semuanya mekanis dengan menggunakan mesin modern” katanya.
Kemudian ia juga menjelaskan bahwa perlu adanya alokasi anggaran serta mandatory spending untuk sektor pertanian.
“Pemerintah Indonesia sebenarnya bisa, alokasikan anggaran dan buat mandatory spending kalau untuk berdikari. Benahi dari atas dulu dengan membesarkan anggaran dan menguatkan infrastruktu untuk mendorong petani serta mendorong ketertarikan kalangan muda. Kalau sekarang dengan kondisi pertanian yang masih tradisional tidak menarik dibandingkan dengan menggunakan teknologi modern” Tambahnya.
Terakhir, Subandi berharap perlu adanya pilot project untuk menitikberatkan hal ini. Selain kurangnya minat generasi muda penurunan minat orang tua pada sektor pertanian juga terjadi, hal ini juga menjadi masalah utama Samarinda masih melakukan import dari daerah luar.
“Bicara Samarinda yang masih melakukan import karena kita masih belum swasembada, kalau import terus sebenarnya masih banyak lahan tidur (yang bisa dimanfaatkan) di luar sebagian besar lahan yang digunakan proses tambang. Oleh karena itu, pemkot khususnya dinas pertanian harus mensupport pertanian samarinda dengan dengan bantuan subsidi untuk menunjang infrastruktur pertanian supaya lahan-lahan tidur dapat tergarap” tutupnya (Saddam)
Tidak ada komentar