Peringatan Sumpah Pemuda Hadirkan Nuansa Sakral

waktu baca 2 menit
Selasa, 29 Okt 2024 10:34 0 181 Redaksi Kutim

SANGATTA – Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 di lapangan Kantor Bupati Kutai Timur (Kutim), Senin (28/10/2024) berlangsung khidmat. Nuansa sakral juga sempat terasa ketika dibacakan teks Pembukaan UUD 1945 oleh Gilang Ferdiansyah Saputra, perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kutim dan Teks Keputusan Kongres Pemuda Tahun 1982 oleh Muhammad Adam dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kutim. Momen ini seolah membawa peserta upacara kembali ke tahun 1928, di mana para pemuda Nusantara berjuang menggapai kemerdekaan.

Di acara ini, Penjabat sementara (Pjs) Bupati Kutai Timur (Kutim) Agus Hari Kesuma, mengajak seluruh pemuda, khususnya di Kutim untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan. Agus menegaskan peringatan Hari Sumpah Pemuda tidak ada artinya jika tidak diiringi aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

“Sumpah Pemuda bukan hanya sekadar peringatan, melainkan momentum untuk membangkitkan semangat kebangsaan generasi muda. Dengan mengingat kembali Sumpah Pemuda, kita diingatkan untuk menghargai keberagaman dan tetap bersatu dalam kebhinekaan. Hal ini menjadi ciri khas yang membuat bangsa kita kuat,” ujar Agus.

Upacara kali ini diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kutim dan dihadiri sejumlah pejabat penting, di antaranya Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Basuki Isnawan, Kepala Bapenda Syahfur, Ketua DPRD Kutai Timur Jimmy, dan anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

Dalam upacara bertema “Semangat Persatuan dan Kesatuan Bangsa” ini, para peserta disuguhi Tarian Kolosal oleh Sanggar Tari Kalong Banua. Tarian bertema persatuan tersebut dipimpin oleh koreografer Rahmaniah. Tari ini menggambarkan keanekaragaman budaya masyarakat Kutim yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Lewat simbol-simbol kebersamaan dan keharmonisan, para penari menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Sementara itu, Basuki Isnawan, selaku pembina kegiatan, mengatakan penampilan tarian kolosal tidak hanya menjadi hiburan, tapi juga bentuk peringatan kepada generasi muda akan peran penting menjaga dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya.

“Tarian ini menggambarkan kewajiban kita semua, terutama para pemuda, untuk menjaga dan memajukan kehidupan demokrasi, merawat kerukunan nasional, serta melestarikan budaya demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap Basuki. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA