x

Mengenang Soe Hok Gie, Seorang Intelektual yang Merdeka

waktu baca 4 menit
Selasa, 26 Des 2023 20:46 0 107 Harian Republik

Opini – Siapa yang tak kenal seorang sosok Soe Hok Gie, namanya harum dan perjuangan-perjuangannya dalam menentang ketidakadilan. Selalu menggetarkan hati jika dikenang dan diceritakan bagi siapa saja, dikalangan mahasiswa Indonesia bahkan hingga sekarang, nama Gie masih menjadi ikon penting dalam dunia pergerakan mahasiswa, yang kegigihan dan keidealisannya serta tak tergoda dengan apa yang namanya kekuasaan dapat menjadi teladan dan menginspirasi.

Soe Hok Gie, yang akrab disapa Gie merupakan aktivis mahasiswa keturunan Tionghoa, Gie sendiri lahir di Jakarta pada 17 Desember 1942. Soe Hok Gie tumbuh dalam era dimana Indonesia masih meraba-raba mencapai makna kemerdekaan yang hakiki dan gejolak politik yang kacau, sejak usianya masih belia juga dia sudah aktif membaca buku-buku (sastra, sejarah, filsafat, atau tentang buku-buku politik yang membahas mengenai dinamika politik diberbagai penjuru dunia ini. Luar biasa bukan? dimana saat itu dia sudah menyelami berbagai ilmu pengetahuan yang membentuk pemikiran dan gagasan-gagasannya. Mungkin, pada saat penulis seusia beliau masih bermain layangan, atau bermain masak-masakan hehe.
Gie tidak hanya dikenal sebagai aktivis mahasiswa, tetapi juga sebagai penulis sekaligus pengkritik tajam pemerintahan orde lama maupun orde baru. Dia meraih gelar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah pada kurun waktu 1962-1969 dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa yang menuntut perubahan dan keadilan. Pemikirannya yang kritis dan keberaniannya menyuarakan kebenaran membuatnya banyak tidak disukai dan membuat gerah penguasa pada saat itu.

Salah satu karya yang paling menggambarkan semangat dan pemikiran Soe Hok Gie adalah bukunya yang berjudul “Catatan Seorang Demonstran.” Dalam buku ini, Soe Hok Gie mencatat pemikiran-pemikirannya tentang kehidupan, keadilan sosial, dan perjuangan politik. Tulisannya yang lugas dan penuh semangat menjadi cermin kepedulian sosialnya terhadap nasib bangsanya.

Soe Hok Gie juga dikenal sebagai pecinta alam dan lingkungan, hal ini terlihat dari pembentukan Mapala UI yang ketika itu pendiriannya digagas oleh Gie dan beberapa sahabatnya seperti Herman Lantang dll.

Keberaniannya menyuarakan kepedulian terhadap alam dan kelestarian melalui aktivitasnya sebagai pendaki gunung, Soe Hok Gie mencoba mengajak masyarakat untuk lebih menghargai alam dan menjaga keberlanjutan ekosistem alam.
Namun, perjalanan Soe Hok Gie tidak selalu mulus. Keterlibatannya dalam protes mahasiswa dan kritik tajamnya terhadap pemerintah membuatnya menjadi sosok yang diawasi oleh otoritas. Kematian tragis Soe Hok Gie atau sehari menjelang ulang tahun nya yang ke 27 tahun dan rekannya Idhan Dhavantari Lubis, pada 16 Desember 1969 di gunung Semeru yang diduga menghirup asap beracun dari kawah gunung. Meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya serta bagi rekan-rekan sejawatnya yang bisa dikatakan gie merupakan salah satu putra terbaik bangsa.

Meskipun fisiknya tiada, warisan pemikiran dan semangat perjuangannya tetap hidup. Soe Hok Gie menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran. Pemikirannya yang merdeka dan tindakan nyata dalam mencapai perubahan memberikan inspirasi bagi generasi penerus untuk terus berjuang demi keadilan dan kebenaran.

Perjalanan Soe Hok Gie juga mengajarkan kita tentang arti perjuangan . Meskipun ia menghadapi tekanan dan ancaman, ia tetap setia pada nilai-nilai kebenaran yang diyakininya. Semangatnya yang tak kenal lelah dalam mengejar keadilan mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi rintangan.

Sebagai intelektual yang merdeka juga, mengenang Soe Hok Gie seolah mengundang kita untuk merefleksikan nilai-nilai kebebasan dan tanggung jawab sosial. Pemikirannya yang progresif dan idealis mengajarkan kita bahwa perubahan tidak bisa dicapai tanpa pengorbanan dan perjuangan. Soe Hok Gie bukan sekadar tokoh sejarah, tetapi juga pemicu semangat bagi mereka yang ingin mewarisi cita-citanya.

Mengenang Soe Hok Gie seharusnya tidak hanya sebagai kewajiban untuk menjaga sejarah, tetapi juga sebagai panggilan untuk melanjutkan perjuangannya. Bagaimanapun bentuknya, setiap individu dapat memberikan kontribusi positif untuk perubahan yang lebih baik. Pemikiran bebas dan tindakan nyata adalah warisan berharga yang bisa kita ambil sebagai inspirasi dalam menghadapi berbagai tantangan masa kini.

Akhir kata disini penulis ingin menutup tulisan dengan mengutip kata-kata dari Soe Hok Gie yang artinya cukup mendalam guna untuk mereflesikan diri kita sebagai mahasiswa ataupun aktivis mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia pergerakan ataupun bagi masyarakat umum.
“Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi, aku memilih untuk jadi manusia merdeka”.

Penulis : Mahasiswa Unmul, Andrianus Ongko Wijaya Hingan

Opini Merupakan Tanggung Jawab Penulis, Tidak Menjadi Tanggung Jawab Redaksi Harianrepublik.com

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    x